software hacker

04.32 / Diposting oleh masih mikir / komentar (0)


Untuk menjadi HACKER profesional dibutuhkan beberapa software pendukung dan keahlian. Untuk itulah HACKMAST akan memberitahukan software- software standar apa saja yang dibutuhkan.....

  1. Microsoft Office Word 2003 untuk mengetik dan menyimpan data- data yang nantinya akan digunakan dalam membantu Anda meng-HACKING
  2. Microsoft Office Excel 2003 untuk membuat data- data berupa tabel yang mempermudah Anda melacak kode- kode yang sulit dilacak (hanya HACKER yang dapat melacaknya).
  3. Microsoft Office Visio 2003 untuk mempermudah Anda (HACKER) dalam merancang modul peng-HACKING-an data.
  4. Microsoft Office Publisher 2003 untuk membantu Anda (HACKER) dalam mem-publish-kan data- data yang telah di-HACK.
  5. Microsoft Office PowerPoint 2003 untuk membuat slide mengenai data- data yang akan dan telah Anda HACK.
  6. Microsoft Office FrontPage 2003 untuk membantu Anda agar sistem peng-HACKING-an menjadi lebih mudah.
  7. Yang terakhir adalah software khusus HACKER seharga USD 100 yang harus Anda miliki agar dapat meng-HACKING seluruh data- data yang Anda inginkan. Software ini tidak dijual di manapun dan tidak dapat di-copy, hanya dapat dibuat. Harganya cukup mahal karena pembuatannya yang cukup sulit. Jika Anda ingin memiliki software tersebut, Anda dapat memesannya via e-mail. Jangan lupa sertakan nama lengkap, alamat e-mail, alamat rumah, dan nomor telepon Anda agar mempermudah dalam proses pengiriman barang. Pembayaran dilakukan dengan mentransfer pecahan USD 100 melalui BANK BCA.

Tips Menjadi Hacker Pemula

04.30 / Diposting oleh masih mikir / komentar (0)


teman-teman webmaster sudah punya komputer webmaster baru menghayal punya komputer. Tapi anehnya sering sekali ditanya bagaimana caranya menjadi hacker, walaupun sudah banyak artikel tentang caranya menjadi hacker tapi kebanyakan dari mereka kebingungan mau memulai dari mana, disini webmaster akan mencoba membantu anda untuk memulainya, tulisan ini dikhususkan bagi anda yang benar-benar belum dapat menggunakan komputer secara umum (DOS dan Windows), pelajari tutorial DOS dan tutorial Windows, biasakan diri anda menggunakan komputer apalagi untuk bermain di DOS, perintah-perintah DOS sebaiknya jangan terlalu di hafal tapi pelan-pelan dimengerti dan dibiasakan bermain perintah DOS, nanti otomatis anda akan menguasai DOS dengan sendirinya. Jika anda sudah mahir di DOS cobalah bahasa pemograman BASIC dan Pascal, 2 bahasa ini akan melatih anda untuk menapak ke bahasa pemograman yang lebih sulit seperti bahasa C, lebih baik lagi anda juga belajar pemograman-pemograman lain seperti Visual Basic, Delphi dan lainnya, seiring denga itu mulailah merambah dunia web dan jaringan seperti membuat HTML, PHP, ASP, database, pemograman socket dan sebagainya, dari semua itu anda pelajari lalu diimplementasikan alias dicoba terus (Trial & Error), setelah telah cukup mengenal dunia DOS Windows dengan pemogramannya, anda dapat memulai dengan Linux, install distro Mandrake cari dirental atau pinjam teman, dengan kebiasaan menggunakan linux dan shell maka anda otomatis lama-lama menguasai linux. Sampai level ini anda bisa mempelajari teknik-teknik keamanan komputer dan hacking yang ada disitus hacker, dengan begitu anda tidak terlalu kesulitan dalam memahami teknik-teknik hacker yang sederhana atau yang lebih rumit, dari ilmu-ilmu hacker yang ada, anda jangan cuman dibaca saja tapi juga praktekkan, dunia keamanan dan hacker sangat luas sekali nanti anda otomatis akan mengetahui dengan banyak membaca dan mempraktekannya dimana ahkirnya anda dapat membuat program dan tulisan sendiri dari ide dan gagasan hasil membaca, mempelajari dan mempraktekannya, cara diatas hanya urutan secara umum menurut versi webmaster.

Pendidikan Dan Informasi Hukum

02.36 / Diposting oleh masih mikir / komentar (1)

Pendidikan dan informasi hukum merupakan sarana dan modal penting bagi masyarakat untuk mengetahui hukum dan berminat untuk mengetahuinya lebih jauh lagi. Selama ini pendidikan dan informasi hukum hanya diperuntukkan bagi mereka yang menempuh pendidikan formal di Fakultas Hukum dan meraih gelar Sarjana Hukum. 

Untuk itulah Pendidikan dan informasi hukum bagi masyarakat sangat diperlukan sehingga masyarakat tidak menjadi masyarakat yang buta atau awam terhadap hukum. Sehingga tidak lagi masyarakat hanya mengenal hukum adat - istiadat saja maupun hukum kebiasaan yang berlaku secara lokal saja tetapi diharapkan masyarakat juga mengetahui hukum formal atau hukum positif yang dibuat oleh pemerintah, sehingga nantinya tidak terjadi fictie hukum atau abstraksi hukum yang mana hanya sebagian masyarakat saja yang mengetahui tetapi masyarakat yang lain tidak atau belum mengetahui hukum atau peraturan hukum yang baru.

Karena itulah informasi hukum sangat dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya informasinya saja yang harus benar - benar akurat tetapi juga pendidikan yang harus digunakan.

Pendidikan dan penyebaran informasi hukum bagi masyarakat atau yang ditujukan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk memberikan penyuluhan atau juga dengan cara terjun langsung kepada masyarakat dalam rangka pengabdian masyarakat.

Dengan adanya pendidikan dan informasi hukum kepada masyarakat atau bagi masyarakat diharapkan nantinya tidak lagi terjadi diskriminasi hukum pada masyarakat, selama ini kita mengetahuinya bahwa banyak sekali terjadi diskriminasi hukum pada masyarakat. Hukum banyak digunakan oleh orang-orang yangtidak bertanggung jawab untuk lepas dari jeratan hukum. Karena itulah hukum perlu ditegakkan sehingga tidak terjadi lagi penyalah gunaan hukum dan masyarakat tidak lagi awam terhadap hukum sehingga hukum dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. 

Saya Emi Zulaika, S.H. setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

Pendidikan Sebagai Investasi Jangka Panjang

02.33 / Diposting oleh masih mikir / komentar (0)

Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Tidak ditempatkannya pendidikan sebagai prioritas terpenting karena masyarakat Indonesia, mulai dari yang awam hingga politisi dan pejabat pemerintah, hanya berorientasi mengejar uang untuk memperkaya diri sendiri dan tidak pernah berfikir panjang (Kompas, 24 Mei 2002). 

Pendapat Guru Besar Universitas Waseda Jepang tersebut sangat menarik untuk dikaji mengingat saat ini pemerintah Indonesia mulai melirik pendidikan sebagai investasi jangka panjang, setelah selama ini pendidikan terabaikan. Salah satu indikatornya adalah telah disetujuinya oleh MPR untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBN atau APBD. Langkah ini merupakan awal kesadaran pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka pangjang. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang. 

Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif. 

Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.

Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. (Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity, USA: University of Illionis, 1982, h.121).

Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional. 
Nilai 

Balik Pendidikan
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi (Ace Suryadi, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi. Balai Pustaka: Jakarta, 1999, h.247).

Pilihan investasi pendidikan juga harus mempertimbangkan tingkatan pendidikan. Di Asia nilai balik sosial pendidikan dasar rata-rata sebesar 27 %, pendidikan menengah 15 %, dan pendidikan tinggi 13 %. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka manfaat sosialnya semakin kecil. Jelas sekali bahwa pendidikan dasar memberikan manfaat sosial yang paling besar diantara tingkat pendidikan lainnya. Melihat kenyataan ini maka struktur alokasi pembiayaan pendidikan harus direformasi. Pada tahun 1995/1996 misalnya, alokasi biaya pendidikan dari pemerintah Indonesia untuk Sekolah Dasar Negeri per siswa paling kecil yaitu rata-rata hanya sekirat 18.000 rupiah per bulan, sementara itu biaya pendidikan per siswa di Perguruan Tinggi Negeri mendapat alokasi sebesar 66.000 rupiah per bulan. Dirjen Dikti, Satrio Sumantri Brojonegoro suatu ketika mengemukakan bahwa alokasi dana untuk pendidikan tinggi negeri 25 kali lipat dari pendidikan dasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya pendidikan yang lebih banyak dialokasikan pada pendidikan tinggi justru terjadi inefisiensi karena hanya menguntungkan individu dan kurang memberikan manfaat kepada masyarakat.

Reformasi alokasi biaya pendidikan ini penting dilakukan mengingat beberapa kajian yang menunjukkan bahwa mayoritas yang menikmati pendidikan di PTN adalah berasal dari masyarakat mampu. Maka model pembiayaan pendidikan selain didasarkan pada jenjang pendidikan (dasar vs tinggi) juga didasarkan pada kekuatan ekonomi siswa (miskin vs kaya). Artinya siswa di PTN yang berasal dari keluarga kaya harus dikenakan biaya pendidikan yang lebih mahal dari pada yang berasal dari keluarga miskin. Model yang ditawarkan ini sesuai dengan kritetia equity dalam pembiayaan pendidikan seperti yang digariskan Unesco.

Itulah sebabnya Profesor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indonesia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknnya bertumpu pada empat pilar yaitu learning to know, learning to do, leraning to be dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar yaitu membaca, menulis, mendengar, menutur, menghitung, meneliti, menghafal dan menghayal. Anggaran pendidikan nasional seharusnya diprioritaskan untuk mengentaskan pendidikan dasar 9 tahun dan bila perlu diperluas menjadi 12 tahun. Selain itu pendidikan dasar seharusnya “benar-benar” dibebaskan dari segala beban biaya. Dikatakan “benar-benar” karena selama ini wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah tidaklah gratis. Apabila semua anak usia pendidikan dasar sudah terlayani mendapatkan pendidikan tanpa dipungut biaya, barulah anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendidikan tingkat selanjutnya. 
Fungsi 

Non Ekonomi
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin (Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development, Washington D.C: The Palmer Press, 1996, h.7).

Fungsi politis merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan politik pada tingkatan sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan kewarganegaraan yang positif untuk melatih warganegara yang benar dan bertanggung jawab. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demoktratis. Selain itu orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.

Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual, pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialisasi dengan norma-norma, nilai-nilai dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regional.

Fungsi kependidikan merujuk pada sumbangan pendidikan terhadap perkembangan dan pemeliharaan pendidikan pada tingkat sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa belajar cara belajar dan membantu guru cara mengajar. Orang yang berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat (life long learning), selalu merasa ketinggalan informasi, ilmu pengetahuan serta teknologi sehingga terus terdorong untuk maju dan terus belajar.

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap orang yang berpendidikan lebih baik dari pada yang kurang berpendidikan. Orang yang berpendidikan diharapkan bisa menggunakan pemikiran-pemikirannya yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang. Orang yang berpendidikan diharapkan tidak memiliki kecenderungan orientasi materi/uang apalagi untuk memperkaya diri sendiri.

Kesimpulan
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama orde baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.

Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan. Melalui fungsi-fungsi pendidikan di atas yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan maka negeri ini dapat disatukan kembali. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama.

Bila demikian, ke arah mana pendidikan negeri ini harus dibawa? Bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik? Marilah kita renungkan bersama.
Nurkolis, Dosen Akademi Pariwisata Nusantara Jaya di Jakarta.

Laptop Masuk Sekolah

05.15 / Diposting oleh masih mikir / komentar (0)

Topik yang dibahas adalah KOMPUTER LAPTOP"
(Bahasa Indonesia - masih draft 25/12/07)

Ada banyak 'kata-kata berdasar emosi' mengenai bagaimana komputer-komputer akan membantu anak-anak belajar secara mudah topik yang cangih dan akan menyiapkan mereka untuk masuk dunia modern, termasuk keterampilan dan pengetahuan tinggi mengenai ilmu sains dan industri. Katannya dari TK mereka akan mulai mengerti struktur komputer dan akses Internet akan membantu mereka mendapat informasi yang mereka perlu secara cepat, dll...

Padahal, rialitasnya adalah jauh berbeda, hampir sebaliknya.

Tidak perlu dijelaskan bahwa komputer-komputer di dalam sekolah dipakai secara hampir eksklusif untuk "gaming" (main games), yang menggunakan 99% dari waktu menggunakan laptop. Siswa-siswi aktif main game yang berbeda – mereka melawan "monsters", mereka membela Bumi dari pendatang "alien" (dari luar angkasa), mereka main balapan mobil, pesawat terbang, tembak-tembakan dan masin-masin lain yang ribut, mereka masuk goa-goa untuk mencari berlian atau menang dan menjadi jagoan di dalam cerita "adventure" di luar angkasa. Semua mainan ini punya grafik-grafik yang terang dan berwarna-warni, bersuara dan berbunyi-bunyi, dan imaginasi anak-anak berusia 11-15 ditangkap secara penuh oleh daya tarik game-game ini.

Tetapi pada waktu akhir istirahat, dan siswa-siswi harus kembali ke dunia rial (masuk kelas) untuk les, beberapa hal yang menarik menjadi.

Yang pertama, siswa-siswi adalah marah, karena game-game yang merangsang diganggu untuk melanjutkan les di kelas yang "dull boring" (tidak menarik dan membosankan). Jelas, perasaan marah ini ditujui kepada guru. Otak dan "soul" (jiwa) siswa-siswi masih penuh ada di dalam game, dan siswa-siswi tidak mampu sama selkali untuk memikirkan atau menerima informasi mengenai les. Keadaan mental ini berlangsung selama 10 sampai 30 minet"

Apakah, membawa laptop ke sekolah ada dampak yang positif?

Kita harus tanya, kalau siswa-siswi menggunakan komputer laptop begini di sekolah,
'bagaimana dengan manfaatnya laptop di rumah?'

05.10 / Diposting oleh masih mikir / komentar (0)